BKKBN: Angka Seks Bebas Pada Remaja
Cenderung Naik
Laporan:
Rabu, 27 February 2013 | 19:33 WIB
Metrotvnews.com, Banjarmasin: Kepala BKKBN Sudibyo Alimoeso mengatakan
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2010, sekitar 21 persen remaja
terutama di daerah perkotaan diduga melakukan seks bebas atau seks di luar
pernikahan.
"Data tersebut
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 2010 dan sekarang indikasinya
justru terus mengalami kenaikan," kata Sudibyo pada pertemuan dengan insan
kesehatan di Banjarmasin, Rabu (27/2).
Menurut dia, salah satu indikasi kenaikan jumlah seks bebas tersebut adalah banyaknya kelahiran di kalangan remaja terutama di daerah perkotaan. Kelahiran di kalangan remaja tersebut, kata dia, antara lain karena pernikahan usia dini juga tidak menutup kemungkinan seks bebas tersebut.
Tingginya angka
kelahiran di usia remaja, kata dia, membuat angka kematian ibu dan angka
kematian bayi secara nasional masih cukup tinggi, kondisi tersebut membuat
sebagian raport program kesehatan masih merah.
Indikasi lain, kata
dia, saat ini banyak kasus ditemukannya bayi atau anak yang dibuang, karena
kelahiran yang tidak dikehendaki. Jumlah kelahiran yang tidak dikehendaki atau
"unmetneed" tersebut masih cukup tinggi, yaitu mencapai delapan
persen dari 50 juta wanita usia subur.
"Jumlah tersebut
sangat tinggi dan harus diturunkan minimal hingga lima persen," katanya.
Dengan demikian, kata
dia, pihaknya akan terus melakukan konseling ke masyarakat, terutama ke kampus,
ke pondok pesantren ke sekolah dan ke tempat-tempat lainnya yang potensial
terjadinya pernikahan dini maupun seks bebas.
Selain meningkatkan
konseling, kata dia, pihaknya juga akan mendorong adanya perubahan
undang-undang perkawinan yang kini membolehkan wanita berusia 16 tahun untuk
menikah.
Padahal, pada usia
tersebut, remaja merupakan masa emas yang untuk meningkatkan daya kreativitas
dan belajar serta prestasi.
Berdasarkan hasil
sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, ada 5 hal
yang masih mendapatkan nilai merah di bidang kesehatan, yakni Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) total Fertility Rate (TFR) atau angka
kelahiran total, air bersih dan Malaria.
Berdasarkan target
dari MDGs tahun 2015 untuk AKI adalah 102/100.000 kelahiran hidup, tapi kini
masih di angka 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi,
target MDGs harus mencapai 23/1.000 kelahiran hidup, namun pada 2012 masih
34/1.000 kelahiran hidup.
Meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat, sebanyak 86,4 juta masyarakat miskin di
Indonesia dijamin pemerintah di bidang kesehatan.(Ant/Dni)
Angka
Kehamilan Remaja Meningkat
Selasa, 28
Mei 2013 | 09:06 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) mengeluhkan semakin tingginya angka kehamilan di
usia remaja.
Hal itu terungkap dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 yang menyebutkan angka fertilitas remaja (ASFR) pada kelompok usia
15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi
dibandingkan temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari 1.000 kehamilan.
"Ini menunjukan pernikahan dini dan hubungan seks pranikah di kalangan remaja kita semakin tinggi," sebut Plt Kepala BKKBN Sudibyo Alimoeso saat berkunjung ke Media Indonesia, Senin (27/5).
Fenomena hamil di usia remaja, menurut Sudibyo, patut diwaspadai. Pasalnya, dari sisi kesehatan, hal tersebut sangat merugikan kesehatan ibu dan bayi lantaran ibu beresiko mengalami perdarahan ketika menjalani persalinan dan rentan melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Agar tingkat ASFR bisa ditekan, faktor hubungan seks pranikah harus dapat ditekan. Menurut dia, fenomena hubungan seks sebelum menikah di kalangan remaja bukan lagi hanya isapan jempol semata.
Tengok saja katanya, hasil penelitian ang dilakukan Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) yang dilakukan pada 2010.
Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi pada tahun tersebut terhadap 3.006 responden remaja usia 17-24 tahun menunjukkan bahwa 20.9% diantara mereka telah hamil dan melahirkan sebelum menikah.
"Ada kecenderungan perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja ini semakin meningkat dari tahun ke tahun," serunya.
Selain perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja, Sudibyo menegaskan angka pernikahan dini harus ditekan sesegera mungkin.
Pada saat ini, lanjutnya, rata-rata usia menikah pertama perempuan Indonesia masih berada dikisaran usia 19 tahun, padahal idealnya adalah 21 tahun.
Untuk mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, Sudibyo berpendapat hal itu bisa diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) pada kelompok remaja. Di tengah semakin mudahnya remaja mengakses informasi, pendidikan kespro tidak relevan lagi jika ditabukan.
Sedangkan untuk menurunkan tingkat menikah dini, jalan yang dipandang terbaik pada saat ini adalah dengan merevisi UU No. 1/1974 tentang Perkawinan.
Batasan usia 16 tahun untuk menikah yang tercantum dalam undang-undang tersebut menurut dia sudah tidak relevan lagi dalam membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera.
"Selain berbahaya bagi kesehatan, berbagai survei menunjukan pernikahan terlalu muda biasanya berujung pada perceraian." (Cornelius Eko Susanto)
Editor: Basuki Eka Purnama
Source: http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/28/913/157031/Angka-Kehamilan-Remaja-Meningkat
Nikah Dini Membengkak
Selasa, 24 September 2013 | 22:35 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Tingkat pernikahan dini terus meningkat dalam rentang waktu belakangan ini. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan rata-rata kelahiran pada remaja (age specific fertility rate/ASFR) usia 15-19 tahun di Indonesia meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 45 per 1.000 pada 2012.
"Peningkatan ASFR semakin menjauhkan BKKBN dari target
menurunkan ASFR menjadi 30 per 1.000. Untuk mencapai penurunan tersebut, angka
pernikahan dini harus bisa ditekan," ujar Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Sudibyo Alimoeso di Jakarta, Selasa (24/9).
Bahkan, lanjut Sudibyo, menurut katagori United Nations
Development Economic and Social Affairs (UNDESA) 2011, Indonesia tergolong
negara ke-37 dengan perkawinan dini terbanyak di dunia. Untuk level ASEAN,
Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi telah menegur BKKBN terkait angka
pernikahan dini yang meningkat. Nafsiah beranggapan peningkatan usia menikah
dini berdampak signifikan pada angka kematian ibu (AKI). "Kematian ibu dan
bayi yang tejadi di negara kita kebanyakan terjadi pada kehamilan remaja,"
sebut Nafsiah.
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak Kementerian Kesehatan
Slamet Riyadi Yuwono menambahkan persalinan terlalu muda berisiko tinggi
terjadinya komplikasi saat melahirkan, sehingga ibu terancam mengalami
perdarahan. Persalinan di usia muda juga mengancam keselamatan bayi lantaran
risiko bayi kurang gizi (berat badan rendah) dan lahir cacat sangat tinggi.
(Cornelius Eko Susanto)
Editor: Wisnu AS
Batasan Umur Minimal Menikah Perempuan Minta Direvisi
Jum'at, 12 Juli 2013 | 05:55 WIB
Metrotvnews.com, Yogyakarta: Ambang
batas usia menikah minimal 16 tahun yang tercantum di Pasal 7 UU No. 1/1974
tentang Perkawinan dinilai berkontribusi pada angka kematian ibu (AKI) yang
tinggi di Indonesia.
Berkaca dari hal Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) BKKBN, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan aktifis kesehatan
kembali mendesak agar batasan umur minimal menikah perempuan segera direvisi
menjadi minimal 20 tahun dan laki-laki 25 tahun.
"Batas umur minimal di dalam undang-undang tersebut terlalu
rendah sehingga berdampak pada tingkat kematian ibu yang tinggi," ungkap
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak, Slamet Riyadi Yuwono, disela-sela
seminar 'Pemberdayaan Remaja Putri untuk Menghindari Kehamilan di Usia Remaja',
di Yogyakarta, kemarin (11/7). Seminar itu digelar dalam rangka memperingati
Hari Kependudukan Se-dunia yang diperingati setiap tanggal 11 Juli, kemarin.
Slamet mengungkapkan, di Indonesia fenomena pernikah dini masih
sering ditemui di sejumlah daerah. Padahal, lanjutnya, pernikahan yang
dilakukan wanita di bawah usia 18 tahun berpotensi meningkatkan AKI.
Pasalnya persalinan terlalu muda berisiko tinggi terjadinya
komplikasi saat melahirkan, sehingga ibu terancam mengalami perdarahan.
Persalinan di usia muda juga mengancam keselamatan bayi lantaran resiko bayi
kurang gizi (berat badan rendah) dan lahir cacat sangat tinggi.
Oleh karena itu, tambah Slamet, sejumlah literatur kesehatan
telah menyatakan, jika angka pernikahan dini di suatu negara bisa turun
sebanyak 10%, walhasil prosentase AKI bisa ditekan hingga 70%. Saat ini
rata-rata angka kematian ibu melahirkan di negeri kita cukup tinggi, yaitu 228
kematian per 100 ribu kelahiran hidup. (Cornelius Eko Susanto)
Editor: Afwan Albasit
No comments:
Post a Comment